Nilai sejarah bulan ramadhan part 2

6 Agu

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, Kita bisa berkumpul lagi di blog saya yang sangat sederhana ini. Saya bisa menyempatkan lagi untuk membuat Artikel yang lanjutan dari Artikel kemarin yaitu Keistimewaan dan Hikmah Bulan Ramadhan. Oke langsung aja anda baca di bawah ini.

Menurut Ibnu Ishaq (seorang ahli sejarah), perang Badar Kubra itu terjadi antara hari ke 17, 19, dan 21 dar bulan Ramadhan tahun kedua Hijriah (tahun 624 M). Berarti baru untuk pertama kalinya umat Islam melakukan puasa Ramadhan. Seperti yang kita ketahui bersama lewat lembaran-lembaran sejarah bahwa dalam perang Badar itu perbandingan kekuatan tidak seimbang. Umat Islam berkekuatan 313 orang yang tentunya belum layak disebut tentara, sedangkan kaum musyrikin berkekuatan 1000 orang tentara, terdiri dari 300 pasukan berkuda dan 700 pasukan berunta, dengan persenjataan yang jauh lebih lengkap. Tapi berkat pertolongan Allah SWT, perang berakhir dengan kemenangan di pihak Islam.(Lihat di kitab kuning Nurul Yaqin, halaman 109).

Tentu saja peristiwa itu menjadi titik tolak bagi perjuangan Islam selanjutnya. Pengaruhnya begitu besar sehingga sejak itu banyaklah orang Arab memeluk Agama Islam.

Sungguh tepat penilaian dan pengakuan seorang nonmuslim seperti Prof. Snouck Hurgronje (Walaupun dia tidak jujur penulisan sejarah Islam) yang mengatakan, “Dalam Perang Badar yang penuh puji itu terbukti bahwa Islam membangun disiplin dan keberanian yang menakjubkan.”

Bukan hanya secara kebetulan bahwa sejak zaman dulu kala pada bulan Ramadhan banyak terjadi peristiwa-peristiwa penting yang melahirkan peradaban dan kemajuan umat manusia. Dalam suatu hadist yang diriwiyatkan dari Abu Said menerangkan bahwa suhuf(lembaran kitab suci) yang disampaikan kepada Nabi Ibrahim a.s. diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa a.s. pada malam keenam bulan Ramadhan setelah tujuh ratus tahun kemudian. Lima ratus tahun setelah Taurat. Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud a.s. pada malam sebelas Ramadhan, seribu dua ratus tahun setelah Zabur. Dan akhirnya enam ratus dua puluh tahun sesudah Injil diturunkanlah Al-Qur’an kepada nabi Muhammad SAW.(Lihat di kitab kuning Durratin Nasihin, halaman 7-8.).

Selain itu, puasa fardhu itu ditetapkan dalam satu waktu tertentu, berturut-turut satu bulan, tidak boleh dicicil, semua itu mempunyai nilai psikologis dan mengandung unsur-unsur yang bersifat Universal. Dengan demikian, puasa fardhu yang dilakukan dalam waktu yang sama merupakan satu gerakan kaum muslimin yang tersebar di seluruh permukaan bumi ini.

Orang-orang yang berbeda kedudukan sosial-ekonominya, berbeda bangsa dan warna kulitnya, berbeda bahasa dan kebudayaannya, pada waktu tertentu dan bersamaan serentak melakukan kebaktian dengan penuh disiplin dan taat. Hanya dalam bulan Ramadhan lah seorang majikan dan babu, seorang direktur dan karyawanh, Seorang kaya dan miskin lapar bersama dan makan pada waktu bersamaan. Di sinilah letak nilai universalan dari ibadah puasa.

Selama satu bulan berpuasa terus menerus dipandang cukup untuk memperoleh nilai-nilai yang cukup lebih efektif, baik terhadap kehidupan rohaniah, jasmaniah, maupun ijtimaiyah. Apabila puasa dijalankan berselang-selang atau pada bulan terpencar-pencar meskipun jumlah bilangan keseluruhannya cukup satu bulan, maka pengaruhnya sebagai sarana training (latihan) tidaklah begitu efektif.

Alhamdulillah, cukup segini saja Artikel yang saya tulis dan nantikan kelanjutannya besok atau kapan saja, kalau saya semangat mengetiknya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

sumber : twisted.heck.in

Satu Tanggapan to “Nilai sejarah bulan ramadhan part 2”

  1. acemaxslia November 15, 2013 pada 2:30 am #

    artikelnya sangat bermanfaat sekali
    makasih udah share ya 🙂

Tinggalkan Balasan ke acemaxslia Batalkan balasan